Sabtu, 12 Juni 2010

5, 5 Tahun Menjadi Mahasiswa TEKNOLOGI PENDIDIKAN

Bukan perkara mudah memasuki jurusan ini. Bukan karena tesnya yang susah, atau karena terlalu banyak peminat, tapi jiwanya yang susah untuk menerima takdir dari-Nya…bahwa saat itu aku menjadi mahasiswa Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia.

“Ya ampuuun…jurusan macam apa ini??! Dosa apa aku sampai ada di tempat yang sedikitpun aku gak tau!!!”, keluh penuh kesah keluar dari mulut yang berharap takdir bisa berganti. Terlihat orang bersorak-sorai karena kemenangannya akan cita-cita mereka, tapi aku salah satu yang terpuruk. Sampai harus terbaring satu minggu lamanya di kamar tanpa keluar sedikitpun, “Ukh…malu ah kalo ada sodara atau teman yang nanya aku kuliah dimana. Gengsi banget!!”

Mental seorang alumni SMA yang beranjak menjadi mahasiswa, sedikitpun tidak mencerminkan kompetensi yang seharusnya dimiliki. Setidaknya lulus SMA itu siswa mampu bersikap legowo (menerima dengan lapang dada) atas apapun yang ia dapatkan, menerima konsekuensi atas pilihan hidupnya, atau setidaknya ia mampu mengucapkan “Alhamdulillah” dengan hati yang ikhlas. Tapi tidak satupun dari ketiga kompetensi itu aku kuasai.

Satu semester dijalani dengan berat hati, bukan hanya berat menerima status sebagai mahasiswa TEKPEND, tetapi juga berat menerima lingkungan yang sedikit aneh. Melihat teman-teman seangkatan yang serba-serbi bergaya, aku merasa risih untuk dekat dengan mereka. Maka aku hanya mau berteman akrab dengan mereka yang sama-sama berasal dari Bandung, Dodi…dan Esti. Aku merasa, hanya merekalah yang layak diajak sharing…

Jahat memang, tapi aku bersikeras untuk tidak membuka diri secepat itu. Ditambah lagi mata kuliah yang serba ngantuk, aku sering bengong sendiri karena “anak IPA murtad” yang harus belajar sosial. Sungguh membosankan saat harus dituntut pandai mengungkapkan ide-ide lewat lisan, lancar berkomunikasi lisan, lihai berdiskusi. “Oh…tidak, ini bukan duniaku!!! Mungkin aku tidak akan pernah sukses di jalan ini…”

~~~~~~

Seiring berjalannya waktu, aku mulai bisa tersenyum meski belum lepas. Semakin naik tingkat, semakin senyum itu bisa lepas, jiwaku menjadi bebas. Bebas dari belenggu yang selama ini menghalangi langkah hati untuk bisa ikhlas. Lama-lama ternyata aku bisa menikmati jalan baruku ini…aku bisa menerima teman-teman…aku bisa tahan ngantuk untuk kuliah pagi, siang atau sore. Ternyata aku bisa merubah persepsiku pada takdir yang telah digariskan-Nya. Alhamdulillah….

~~~~~~

Jika rasa penasaran menggelitik hati Anda “Kenapa aku bisa berubah??”, silahkan teruskan membaca tulisan ini tanpa berkedip. Karena petualangan hidup akan segera dimulai ^_^

~~~~~~

Kuliah di jurusan Teknologi Pendidikan mulai terasa seru saat aku bisa mengerjakan berbagai tugas yang bisa aku sambungkan dengan ke-IPA-anku, dengan hobiku, dengan minatku yang sebenarnya.

Aku ingat saat diberi tugas “Pengembangan Media Grafis” oleh Pak Cepi, spontan aku memunculkan ide untuk membuat miniatur siklus metamorphosis. Betapa senangnya saat aku bisa menangkap kupu-kupu, menangkap ulat hidup-hidup, membeli formalin untuk mengawetkan hewan-hewan itu, mencari ranting pohon, sampai membuat kandang untuk memasangkan semua itu. Jadilah sebuah karya atas ide yang terlahir dari minatku pada pelajaran Biologi saat SMA.

Aku juga senang saat diberi tugas “Pengembangan Bahan Belajar Mandiri” oleh Bu Laksmi, dengan penuh semangat aku menulis cerpen tentang ”SMA Sakura”. Aku bercerita dengan penuh perasaan tentang remaja yang sedang mencari teman sejatinya. Oh…penuh ekspresi. Aku jilid dengan design cover buatan sendiri. Serasa sudah menjadi penulis terkenal bisa menghasilkan cerpen yang dibukukan meski baru satu eksemplar. Tapi setidaknya hobi menulisku bisa aku salurkan.

Satu lagi mata kuliah yang menantang dan paling kuingat seumur aku kuliah, “Pengembangan Media Foto” by “Holin Sulistyo”. Bukan karena aku berminat dan menyukai mata kuliah ini, bahkan sedikitpun aku merasa tidak berbakat pada dunia potret-memotret. Tapi dosen TEKPEND yang sedikit nyeleneh ini, menantang karakterku untuk mengadakan revolusi besar-besaran. Tugas yang diberikannya cukup berat, maklum karena aku dan teman-teman belum pernah mengerjakannya. Dalam waktu satu minggu, setiap orang harus mengumpulkan sepuluh foto terbaiknya sebagai tugas UAS. Glek, satu minggu?! Untuk 40 orang?? Dalam satu ruangan dark room dan hanya ada tiga kamera yang layak pakai?! Gimana caranya???

Rasanya baru kali itu aku dan teman-teman memikirkan strategi untuk bisa sukses dalam perkuliahan, bahkan mungkin dalam hidup. Wow… petualangan pun dimulai. Aku kurang tidur selama seminggu, berbau-bau dengan cairan kimia untuk menghasilkan foto-foto secara alami, makan bareng teman-teman, kehabisan bekal, kadang berantem karena semuanya ingin cepat selesai, pinjem-pinjeman uang untuk bertahan hidup. Lelah…tapi aneh, tidak terasa.

Setelah tuntas mata kuliah Foto, “Singgasana Himpunan Mahasiswa Teknologi Pendidikan” menanti angkatan kami untuk saatnya memegang peran dalam biduk perjuangan mahasiswa. Inilah saatnya aku bisa benar-benar membuka mata. Betapa Teknologi Pendidikan bisa menggoncangkan jiwa, karakter, pemikiran, bahkan keyakinanku dengan berbagai konfliknya. Aku merasa baru hidup, karena aku mulai belajar melihat dan membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Ternyata mata kuliah “Pengembangan Diri dalam Kehidupan” adalah bagian dari “Hidden Curriculum” yang jauh lebih menantang dari mata kuliah apapun, karena aku bisa belajar kehidupan yang sebenarnya.

Kompetensi yang tidak aku miliki ketika keluar SMA tadi, ternyata bisa aku miliki saat hidup di TEKPEND. Aku belajar bersikap legowo (menerima dengan lapang dada) atas apapun yang didapatkan, menerima konsekuensi atas pilihan hidup, atau mengucapkan “Alhamdulillah” dengan hati yang ikhlas.

oleh: Lia Risniawati mahasiswa alumni teknologi Pendidikan UPI angkatan 02

Tidak ada komentar: